Menyajikan Proposal Hasil Diskusi
Kita sudah mengetahui bahwa struktur proposal terdiri atas bagianbagian berikut.
1. Latar Belakang
2. Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan
3. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-jenis kegiatan
4. Kerangka Teoretis dan Hipotesis
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis
5. Metode
6. Pelaksana Kegiatan
a. Penanggung jawab
b. Susunan personalia
7. Fasilitas yang Tersedia
a. Sarana
b. Peralatan
8. Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan-keuntungan
b. Kemungkinan kerugian
9. Lama Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat
10. Anggaran Biaya
11. Dafar Pustaka
12. Lampiran-Lampiran
Sementara itu, kebahasaan yang menandai proposal adalah banyaknya menggunakan fitur-fitur berikut.
1. Pernyataan argumentatif
2. Pernyataan persuasif
3. Kata-kata teknis
4. Kata kerja tindakan
5. Kata pendefnisian
6. Kata perincian
7. Kata keakanan
Struktur dan kaidah itulah yang menjadi pedoman kita ketika mendiskusikan kelengkapan dan ketepatan suatu proposal. Selain itu, diskusi tentang suatu teks proposal ataupun teks-teks lainnya dapat pula berkenaan dengan kaidah-kaidah kebahasaan lainnya, seperti keefektifan kalimat, ketepatan pemilihan kata, serta kebakuan ejaan dan tanda bacanya.
Kegiatan 2
Menganalisis Kaidah Kebahasaan Teks Proposal
Perhatikan kembali cuplikan berikut.
Kurikulum baru yang tidak beberapa lama lagi diberlakukan, merupakan momentum terbaik dalam memperbaiki kondisi yang tidak menggembirakan itu. Apalagi dengan pendekatan yang digunakan kurikulum ini yang sangat kondusif bagi dilakukannya upaya-upaya tersebut. Kurikulum baru tersebut memberdayakan peran guru dalam pengembangannya, terutama dalam pemilihan materi dan penggunaan metode yang sesuai dengan kompetensi para siswanya. Dengan demikian, terangakatnya prestasi dan keterampilan membaca dan menulis
siswa, kembali kepada peran para pengajar dalam pengajarannya. Untuk itu, sebuah upaya pembekalan terhadap para pengajar tentang pengembangan kurikulum dan materi pengajaran membaca dan menulis sangat mendesak untuk dilakukan.
Beberapa kaidah kebahasaan yang menandai sebuah proposal tampak di dalamnya. Di dalam tersebut terdapat pernyataan-pernyataan yang bersifat argumentatif. Argumen yang dimaksud, antara lain, tentang pemberlakuan kurikulum baru sebagai momentum terbaik untuk memperbaiki kondisi
(pembelajaran). Kurikulum baru mendorong pemberdayaan peran guru (pengajar) dalam mengembangkan kompetensi siswa. Argumen-argumen tersebut akan lebih meyakinkan apabila disertai dengan alasan. Suatu alasan sering kali menggunakan konjungsi penyebaban, seperti sebab, karena, oleh karena itu.
Selain pernyataan-pernyataan argumentatif, di dalamnya terdapat pernyataan-pernyataan yang bersifat persuasif. Hal ini dimaksudkan untuk menggugah penerima proposal untuk menerima ajuan itu. Misalnya,
perhatikanlah kalimat terakhir dalam cuplikan itu. Kalimat “Untuk itu, sebuah upaya pembekalan terhadap para pengajar tentang pengembangan kurikulum dan materi pengajaran membaca dan menulis sangat mendesak untuk dilakukan” merupakan kalimat persuasif yang menyatakan
pentingnya kegiatan yang diajukannya itu sehingga diharapkan pihak yang ditujunya bisa menerimanya.
Fitur-ftur kebahasaan lainnya yang menjadi penanda proposal adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan banyak istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegiatan itu sendiri ataupun tentang istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya.
Istilah Kegiatan (Penelitian) Istilah Keilmuan (Pendidikan)
abstrak
analisis data
hipotesis
instrumen
latar belakang
metode penelitian
pengolahan data
penelitian lapangan
pengumpulan data
populasi
sampel
teknik penelitian
afektif
buku pelajaran
kompetensi
kurikulum
materi pengajaran
media belajar
minat baca
pembelajaran
peserta didik
psikologis
sekolah
2. Menggunakan banyak kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, misalnya, berlatih, membaca, mengisi, mencampurkan, mendokumentasikan, mengamati, melakukan.
3. Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefnisan, yang ditandai oleh penggunaan kata merupakan, adalah, yaitu, yakni.
4. Menggunakan kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, petama, kedua, ketiga.
5. Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan”, seperti akan, diharapkan, direncakan. Hal itu sesuai dengan sifat proposal itu sendiri sebagai suatu usulan, rencana, atau rancangan program kegiatan.
6. Menggunakan kata-kata bermakna lugas (denotatif). Hal ini penting guna menghindari kesalahan pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju/penerima proposal.
XI IPS3
https://forms.gle/nBJ7srMgmhuqfb9L7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar