DATA SISWA YANG RESPON

Selasa, 27 September 2011

Menceritakan Berbagai Pengalaman Pribadi dengan Pilihan Kata dan Ekspresi yang Tepat

Ringkasan Materi:
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) pengalaman diartikan: (n) yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya). Berbagai pengalaman bisa saja terjadi pada diri setiap orang, baik pengalaman lucu, mengharukan, menyedihkan, menggembirakan, maupun membanggakan.
Pengalaman lucu adalah pengalaman yang menggelikan hati, jenaka, atau mampu menimbulkan tertawa.
Contoh:
Hening Cipta … Sudah
            Menjadi pembina upacara itu memang mengenakkan. Dihormati banyak peserta, diberi hak memberi wejangan, dan bisa marah. Karena itu, saya kerap mengirikan posisi itu. Namun sepanjang hidup, posisi itu tak juga saya dapatkan. Sampai Agustus lalu, ketika atasan saya sakit, saya pun menjadi pembina upacara, posisi yang sangat saya inginkan itu.
            Tapi, tahukah Anda? Bukan bahagia yang saya dapat, melainkan rasa malu.
            Sebenarnya, semuanya berjalan lancar. Dari awal, saya santai dan tenang. Dengan suara yang saya berat-beratkan untuk menambah wibawa dan muka yang saya tekuk serius, saya berkata, ”Untuk mengenang jasa para pahlawan yang rela berkorban demi kemerdekaan yang sedang kita nikmati kini, marilah kita mengheningkan cipta sejenak dan mendoakan mereka. Hening cipta …, mulai!
            Suasana langsung hening. Lagu himne pun berkumandang, pelan, syahdu, menyentuh. Saya pun terbawa suasana, hanyut. Sampai lagu akan berakhir, saya masih menikmati momen itu. Dan lagu pun akan berakhir. Tapi, duhh… Masya Allah, saya tidak tahu bagaimana mengakhiri hening cipta itu. Sibuk memori saya mencari-cari, tetapi tak juga menemukan kalimat yang pas Apakah hening cipta tamat, usai, selesai, atau apa? Duhh… Gusti.
            Saya menangkap keresahan peserta upacara. Saya pun gugup. Keringat mulai menetes. Tengkuk dan ketiak saya pun basah. Gerah sekali. Tanpa sadar, saya menengadahkan kepala. Tapi, ternyata banyak peserta upacara yang sudah menengadahkan kepala dan menatap saya. Refleks, saya menunduk. Dengan suara gemetar, saya katakana, ”Hening cipta… sudah!”
            Dan, inilah yang tak saya bayangkan. Suasana khusyuk, khidmat, tenang, dan penuh rasa terima kasih pada pahlawan langsung cair.
Gerrr…. Semua peserta tertawa. Saya sendiri berpura-pura tidak tahu kesalahan saya.
            Sesi upacara selanjutnya berjalan lancar, tetapi saya yang sudah kehilangan kepercayaan diri hanya memberi wejangan singkat tentang disiplin. Begitu upacara selesai, saya bertanya kepada pemimpin upacara. ”Apa sih kalimat untuk mengakhiri hening cipta tadi?” Spontan dia tertawa. Jangan sudah, Pak. Tapi, hening cipta… selesai. Ha-ha….”
            Saya hanya mengusap peluh yang masih menetes di kening saya. Huh, ternyata tak nikmat menjadi Pembina upacara, ya?
                                    (Drs. Slamet Edi Santosa, Cempaka dalam Sri Rahardjo: 17)

Pengalaman mengharukan adalah pengalaman yang mampu menimbulkan rawan hati atau merawankan hati karena mendengar / melihat sesuatu.
Pengalaman menyedihkan adalah pengalaman yang menimbulkan rasa sedih atau (pilu) dalam hati atau menyusahkan hati.
Pengalaman menggembirakan adalah pengalaman yang menjadikan seseorang gembira atau membangkitkan rasa gembira.
Pengalaman membanggakan adalah pengalaman yang menimbulkan rasa bangga atau menjadikan besar hati.

Senin, 26 September 2011

Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama dan rima

Hakikat Puisi Lama
Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan memperhatikan pemaknaan. Jauh sebelum kita mengenal puisi komtemporer masa kini, dulu puisi telah banyak dibuat dengan berbagai bentuk dan kaidah, yaitu puisi lama. Puisi lama berbeda dengan puisi baru. Menurut Alisjahbana puisi lama adalah bagian dari kebudayaan lama yang dipancarkan oleh masyarakat lama.
Bentuk-bentuk puisi lama:
  1. Syair, yaitu sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu bait. Baris pertama hingga terakhir pada syair berima a-a-a-a.
Contoh:
Sengsara gerangan takdirnya untung (a)
Sebagai nasib si bunga betung (a)
Hanyut di sungai terkatung-katung (a)
Diejekkan kera dan lutung (a)
2. Karmina, yakni sajak yang terdiri atas dua baris saja. Umumnya berisi sindiran atau gurauan.
Contoh:
Kayu lurus dalam ladang
Kerbau kurus banyak tulang
3. Pantun, yaitu sajak yang terdiri atas empat baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris yang ketiga dan keempat adalah isi. Pantun menggunakan rima a-b-a-b. Pantun memiliki banyak jenis, seperti pantun berkasih-kasihan, pantun jenaka, pantun agama, pantun perdagangan, pantun berduka, dan lain-lain.
4. Talibun, sebenarnya dapat dikategorikan dengan pantun, jika pantun hanya terdiri dari empat baris, talibun memiliki lebih dari empat baris.
5. Gurindam, yaitu puisi lama yang isi dan temanya tak berbeda dengan pantun, karena kebanyakan berisi nasihat dan mendidik.
Bait, Irama, dan Rima
1. Bait
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 91), bait adalah satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris. Fungsi bait adalah membagi puisi menjadi bab-bab pendek.
2. Irama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 442), irama adalah alunan yang tercipta oleh kalimat yang berimbang, selingan bangun kalimat, dan panjang pendek serta kemerduan bunyi.
3. Rima
Rima adalah persamaan atau perulangan bunyi (Wiyanto, 2005: 29).

Kamis, 15 September 2011

Membaca Cepat

Membaca Cepat
Banyak orang beranggapan bahwa membaca adalah pekerjaan
yang sangat berat. Bila kita hitung-hitung, berapa banyak informasi
(ilmu) yang bermanfaat terlewatkan begitu saja setiap hari. Padahal,
saat ini kita begitu mudah mendapatkan bahan bacaan.
Tampubolon dalam bukunya Kemampuan Membaca, menyebutkan
bahwa kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan
pemahaman isi secara keseluruhan. Dengan meng-gunakan kedua
aspek itu, Anda dapat mengukur kemampuan membaca Anda.
Pada umumnya, kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata
yang dibaca per menit, dan pemahaman diukur dengan persentase
dari jawaban yang benar tentang isi bacaan. Tetapi hasil pengukuran
kedua aspek ini harus diintegrasikan agar dapat menunjukkan
kemampuan membaca secara keseluruhan (integral). Oleh karena
itu, rumus yang bisa dipergunakan ialah:

Jumlah kata-kata yang dibaca
            Jumlah waktu : 60                    x Persentase jawaban


Angka 60 yang ada pada rumus tersebut dipergunakan sebagai
indeks untuk mengubah waktu baca dalam sekon menjadi menit,
karena kemampuan membaca umumnya dinyatakan dengan jumlah
kata per menit.
Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan dapat dipergunakan
cara berikut:
1. Hitunglah jumlah kata yang terdapat dalam satu garis penuh.
2. Hitunglah jumlah baris pada tiap kolom/halaman yang bersangkutan.
3. Hasil perkalian antara jumlah kata dan jumlah baris adalah jumlah
kata yang terdapat dalam kolom atau halaman yang bersangkutan.
Jika bacaan itu terdiri dari beberapa halaman, jumlah
kata ialah hasil kali dari jumlah kata tiap baris, jumlah baris,
dan jumlah halaman.
Persentase jawaban adalah persentase jawaban yang benar
atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan. Misalkan, jika ada 5
pertanyaan dan jawaban yang benar adalah 3, persentase jawaban
adalah:
3
5        x 100 % = 60 %


Sebagai latihan menghitung kemampuan membaca, bacalah teks
berikut ini dengan saksama, kemudian hitunglah kecepatan membacanya
dengan menggunakan rumus!

PHB BAHASA INDONESIA X dan XI

  PHB BAHASA INDONESIA X https://forms.gle/3c4mk86SdT2sLxBL6 PHB BAHASA INDONESIA XI https://forms.gle/xfrqHEsjNDRi9toL9