DATA SISWA YANG RESPON

Senin, 30 Maret 2020

Senin, 30 Maret 2020 KELAS XI IPS 2

Mengonstruksi Sebuah Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Isi, Sistematika, dan Kebahasaan
Karya Ilmiah

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
1.  mengungkapkan informasi berdasarkan isi karya ilmiah;
2. menulis karya ilmiah dengan memperhatikan sistematika dan kebahasaan.

Kegiatan 1
Mengungkapkan Informasi Berdasarkan Isi Karya Ilmiah
     Karya ilmiah yang menjadi bahan untuk diskusi, lazim disebut dengan makalah. Makalah sering pula disebut kertas kerja, yakni suatu karya ilmiah yang membahas suatu persoalan dengan pemecahan yang didasarkan hasil kajian literatur atau kajian lapangan. Makalah merupakan karya ilmiah
yang  secara  khusus  dipersiapkan  dalam  diskusi-diskusi  ilmiah,  seperti simposium, seminar, atau lokakarya.
     Makalah terdiri atas pendahuluan, pembahasan, dan simpulan. Untuk
penjelasan ketiga hal tersebut, perhatikan urutan berikut ini.

1.  Pendahuluan
     Bagian ini menguraikan masalah yang akan dibahas yang meliputi:
     a.  latar belakang masalah,
     b. perumusan masalah, dan
     c.  prosedur pemecahan masalah.
2.  Pembahasan
     Bagian  ini  memuat  uraian  tentang  hasil  kajian  penulis  dalam
mengeksplorasi  jawaban  terhadap  masalah  yang  diajukan,  yang
dilengkapi oleh data pendukung serta argumentasi-argumentasi yang
berlandaskan pandangan ahli dan teori yang relevan.
3.  Simpulan
     Bagian  ini  merupakan  simpulan  dan  bukan  ringkasan  dari pembahasan. Simpulan adalah makna yang diberikan penulis terhadap hasil  diskusi/uraian  yang  telah  dibuatnya  pada  bagian  pembahasan.
     Dalam mengambil simpulan tersebut, penulis makalah harus mengacu kembali ke permasalahan yang diajukan dalam bagian pendahuluan. Pada  bagian  akhir  makalah  harus  dilengkapi  dengan  dafar  pustaka, yakni  sejumlah  sumber  yang  digunakan  di  dalam  penulisan  makalah
tersebut. Yang dimaksud dengan sumber bisa berupa buku, jurnal, majalah, surat kabar, ataupun laman dari internet. Sumber-sumber tersebut disusun secara alfabetis dengan memuat:
1. nama penulis,
2. tahun/edisi penerbitan,
3. judul buku, artikel, atau berita,
4. kota penerbit,
5. nama penerbit.

Misalnya, pokok pikiran karangan kita itu diperoleh dari buku yang ditulis oleh E. Kosasih yang berjudul Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat Berbahasa Indonesia. Kita dapat menuliskannya dalam dafar pustaka seperti berikut.

Kosasih, E.. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan,
Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
atau

Kusmana, Suherli. 2010. Merancang Karya Tulis Ilmiah. Bandung:
Rosdakarya.

Dalam dafar pustaka tersebut, di samping nama penulis dan judul bukunya, harus dicantumkan tahun terbit, nama, beserta kota tempat buku itu diterbitkan.
1.  Kosasih, E.,nama penulis.
2.  2003, tahun buku itu diterbitkan.
3.  Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat Berbahasa
     Indonesia, judul buku.
4.  Bandung, nama kota/tempat domisili penerbit.
5.  Yrama Widya, penerbit

Kegiatan 2
Menulis Karya Ilmiah dengan Memperhatikan Sistematika dan Kebahasaan

Untuk  menulis  karya  ilmiah  yang  baik,  langkah-langkah  yang  harus kita tempuh adalah sebagai berikut.
1.  Menentukan topik
Langkah  awal  menulis  sebuah  karya  ilmiah  adalah  menentukan topik.   Langkah  awal  itu  lebih  tepatnya  disebut  sebagai  penentuan masalah apabila karya ilmiah yang akan ditulis itu berupa laporan hasil penelitian.

Baik itu berupa topik ataupun rumusan masalah, hal-hal yang harus
diperhatikan pada langkah ini adalah topik/masalah itu haruslah:
a.  menarik perhatian penulis,
b. dikuasai penulis,
c.  menarik dan aktual, serta
d. ruang lingkupnya terbatas.
2.  Membuat kerangka tulisan

Langkah  ini  penting  dilakukan  untuk  menjadikan  tulisan  kita tersusun  secara  lebih  sistematis.  Langkah  ini  juga  sangat  membantu di  dalam  penelusuran  sumber-sumber  yang  diperlukan  di  dalam pengembangannya. Berikut contohnya.
Peranan Pemuda dalam Pembangunan
1. Pendahuluan
Peranan pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa:
a. pemuda pada masa prakemerdekaan;
b. pemuda di zaman kemerdekaan; dan
c. pemuda di masa pembangunan.
2. Pembahasan
a. potensi pemuda sebagai modal dasar pembangunan bangsa;
b. sektor-sektor pembangunan yang dapat diisi oleh pemuda; dan
c. faktor penunjang dan kendala:
1) kendala psikologis,
2) kendala sosial, dan
3) kendala ekonomi.
3. Penutup
Kerangka  tersebut  dikembangkan  dari  topik  “Peranan  Pemuda dalam  Pembangunan”.  Sesuai  dengan  struktur  umum  karya  ilmiah, topik  itu  pun  kemudian  dikembangkan  ke  dalam  tiga  bagian:
pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Dengan kerangka seperti itu, kita bisa memetakan bahasan-bahasan yang dianggap relevan dengan topik yang akan dibahas.
Kerangka itu pun membantu kita untuk mencari sumber-sumber yang diperlukan. Berdasarkan kerangka itu, misalnya, kita perlu data ataupun  teori  tentang  potensi-potensi  pemuda  dan  sektor-sektorpembangunan.  Selain  itu,  kita  pun  perlu  sumber-sumber  berkenaan dengan  faktor  penunjang  dan  kendala-kendala  dalam  implementasi peranan pemuda dalam pembangunan.
3.  Mengumpulkan bahan
Langkah  ini  sangat  penting  di  dalam  menyusun  sebuah  karya ilmiah.  Berbeda  dengan  menulis  fksi  yang  bisa  saja  berdasarkan imajinasi,  karya  ilmiah  tidaklah  demikian.  Agar  tulisan  itu  tidak kering,  kita  memerlukan  sejumlah  teori  dan  data  yang  mendukung terhadap topik itu. Bahan-bahan yang dimaksud dapat bersumber dari buku, jurnal ilmiah, surat kabar, internet, dan sumber-sumber lainnya. Adapun  data  itu  sendiri  dapat  diperoleh  melalui  kegiatan  observasi,
wawancara, angket, dan teknik-teknik pengumpulan data lainnya.
4.  Pengembangan kerangka menjadi teks yang utuh dan lengkap
Kerangka yang telah dibuat, kita kembangkan berdasarkan teori dan data  yang  telah  dipersiapkan  sebelumnya.  Langkah  pengembangan tersebut  harus  pula  memperhatikan  kaidah-kaidah  kebahasaan  yang berlaku pada penulisan karya ilmiah.

Tugas
KELAS XI IPS 2

https://forms.gle/gBDvWAQdRnCYaKv69

Senin, 30 Maret 2020 KELAS XI IPS 4


   Seorang  remaja  berinisial  AAL,  gara-gara  mencuri  sandal,  ia  harus dimejahijaukan,  kemudian  divonis  bersalah.  Masyarakat  memandang bahwa  aparat  penegak  hukum  sudah  keterlaluan,  berlaku  sistem  tebang pilih. Kasus hukum yang ecek-ecek diperkarakan, sementara masih banyak kejahatan serius yang dipandang sebelah mata. Koruptor yang menggasak
uang  negara  miliaran,  bahkan  triliunan  rupiah,  dibiarkan  melenggang bebas, tidak diotak-atik, tanpa tersentuh hukum.
       Polisi dan jaksa disibukkan oleh kasus-kasus sepele, seakan-akan tidak ada kasus lain yang jauh lebih urgen. Kasus pencurian sandal butut dan uang yang hanya seribu perak, sebenarnya bisa diselesaikan dengan jalan musyawarah. Logikanya kalau segala kenakalan remaja itu diperkarakan, penjara  akan  penuh  dengan  manusia-manusia  belia.  Bisa  jadi  nanti semacam  kasus nyolong permen  kena  penjara,  menghilangkan  buku perpustakaan dibui, mematahkan pagar bambu balai kelurahan didakwa, menginjak sepatu tentara disidangkan.
      Cara  kerja  mereka  seperti  dipandang  tidak  punya  arti  apa  pun  bagi kepentingan negara dan rakyat secara luas. Perlakuan itu hanya memenuhi syahwat dan arogansi para penguasa. Padahal keberadaan aparat penegak hukum adalah untuk menjadikan negara dan rakyatnya memperoleh rasa
aman dan sejahtera. Sementara itu, keamanan dan kesejahteraan di manamana sedang dikuasai oleh mafa-mafa dan para koruptor. Hampir setiap waktu  masyarakat  mengeluhkan  fasilitas  umum  yang  rusak,  pelayanan publik yang tidak profesional dan sarat pungli, serta sistem peradilan yang memihak.
       Persoalan-persoalan  itulah  yang  seharusnya  menjadi  perkara  utama aparat  penegak  hukum.  Hal  ini  karena  negara  telah  mengeluarkan  dana sangat besar untuk belanja berbagai sarana dan fasilitas umum; menggaji jutaan pegawai. Namun, kinerja mereka sangat jauh dari harapan.
      Harapan rakyat, keberadaan para pengadil itu bukan untuk mengurus perkara  yang  ecek-ecek.  Mencuri  tetap  merupakan  perbuatan  salah. Akan  tetapi,  mereka  haruslah  memiliki  prioritas  dan  nurani.  Kasuskasus berkelas kakap semestinya menjadi sasaran utama. Korupsi besarbesaran diindikasikan hampir terjadi di setiap instansi, tetapi yang terjadi kemudian hanya satu-dua kasus yang terungkap. Itu pun ketika sampai di meja pengadilan banyak yang lolos, tidak masuk bui.
      Aparat penegak hukum beraninya terhadap kaum sandal jepit, orangorang miskin yang papa. Namun, mereka loyo ketika berhadapan dengan perkara  para  penguasa  dan  orang-orang  kaya.  Dalam  perhitungan  ilmu ekonomi,  apa  yang  mereka  perbuat,  jauh  dari  harapan  untuk  bisa break event pointantara pemasukan dengan pengeluaran masih sangat timpang. Rakyat  akhirnya  tekor.  Mereka  dihidupi  dan  dibiayai  dengan  “modal” besar.
      Harusnya mereka bisa membayarnya dengan kejujuran dan kerja keras, yakni  dengan memenjarakan  penjahat-penjahat  kelas  kakap  sehingga uang negara, yang mereka gasak itu bisa dikembalikan. Kesejahteraan dan keamanan negara pun bisa diwujudkan.
(Sumber: E. Kosasih)

Bacalah cuplikan teks di atas ini dengan baik.
Kerjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya!

KELAS XI IPS 4
https://forms.gle/LTkmHKuFcZiDU9Vf6

PHB BAHASA INDONESIA X dan XI

  PHB BAHASA INDONESIA X https://forms.gle/3c4mk86SdT2sLxBL6 PHB BAHASA INDONESIA XI https://forms.gle/xfrqHEsjNDRi9toL9