DATA SISWA YANG RESPON

Selasa, 27 Oktober 2020

XI BAHASA

MATERI  4 (terakhir Teks Prosedur)

Menyusun Teks Prosedur 

Mari berlatih menyusun teks prosedur! Langkah-langkah penyusunan teks prosedur sebagai berikut.  

1. Menginventarisasi macam-macam kegiatan yang pernah atau dapat dilakukan. 

2. Menentukan tema kegiatan. 

3. Membuat kerangka dalam bentuk topik-topik kegiatan secara garis besar. 

4. Mensistematisasikan kerangka dengan benar dan mudah dipahami pembaca. 

5. Mengumpulkan bahan-bahan. 

6. Mengembangkan kerangka menjadi sebuah petunjuk yang jelas dan lengkap.

XI BAHASA

https://forms.gle/ZfeJNryBMnCvq7AF6




XI IPS3

C. Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Eksplanasi

 Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
1.  mengidentifikasi struktur teks eksplanasi;
2.  menelaah kebahasaan teks eksplanasi.

Setiap teks memiliki unsur kebahasaan yang berbeda-beda, demikian pula dengan teks eksplanasi. 

Kegiatan 1
Mengidentifkasi Struktur Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi memiliki struktur baku sebagaimana halnya jenis teks
lainnya.  Sesuai  dengan  karakteristik  umum  dari  isinya,  teks  eksplanasi
dibentuk oleh bagian-bagian berikut.
1.  Identifkasi  fenomena  (phenomenon  identifcation),  mengidentifkasi
sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan fenomena
alam, sosial, budaya, dan fenomena-fenomena lainnya.
2.  Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci
proses  kejadian  yang  relevan  dengan  fenomena  yang  diterangkan
sebagai pertanyaan atas bagaimanaatau mengapa.
a.  Rincian yang berpola atas pertanyaan “bagaimana” akan melahirkan
uraian yang tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal
ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urutan waktu.

b. Rincian yang berpola atas pertanyaan “mengapa” akan melahirkan
uraian  yang  tersusun  secara  kausalitas.  Dalam  hal  ini  fase-fase
kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat.
3.  Ulasan (review), berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi
atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.

 

Tugas
1.  Bacalah  kembali  teks  yang  berjudul  “Demonstrasi  Massa”  di  atas.
Secara  berkelompok,  tentukanlah  bagian-bagian  dari  struktur  teks
tersebut. Kemudian, simpulkan pula struktur teks tersebut berdasarkan
kelengkapannya!


 

     Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasidan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas iamencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.  

     Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaranyang terjadi di hadapannya. 

     Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa ataupun komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa pada konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnyamembandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang gampangan.

   Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkanbanyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. 

   Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusahauntuk menunjukkan jati dirinya dengan cara berdemonstrasi. 

    Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awal-awal reformasi di negeri ini pada tahun 19971998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yangterjadi di luar negeri. Dalam beragam skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur. 

    Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Korea Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untukitu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh warganyamenunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.

    Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat di negara tersebut. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur. 

   Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apa pun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannyameskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.

(Sumber: Kosasih)

XI IPS3

https://forms.gle/uPeXWZsyXZUUjjMv9

PHB BAHASA INDONESIA X dan XI

  PHB BAHASA INDONESIA X https://forms.gle/3c4mk86SdT2sLxBL6 PHB BAHASA INDONESIA XI https://forms.gle/xfrqHEsjNDRi9toL9